Jumat, 21 Juni 2013

MODUL IMAN KEPADA KITAB KITAB ALLAH




IMAN KEPADA KITAB KITAB ALLAH

Tadarus Alqur’an

1. Membaca QS.Al-baqarah{2}: 285, QS.Al-Maidah{5}: 48 dan QS.An-Nahl{16}: 64 secara tartil sebelum mempelajari modul ini.
2. Terjemahkan arti bacaan dan sebutkan isi kandungannya!

I. Pendahuluan

A. Deskripsi Materi
Peradaban Rabbani (bersumber kepada wahyu dan tatanan Allah SWT) menawarkan keselamatan umat manusia dari bencana dan prahara kemanusiaan yang amat boleh jadi disebabkan oleh ulah umat manusia itu sendiri (QS.Ar-rum{30}: 41). Rasulullah Saw menggambarkan keindahan peradaban Rabbani itu dengan adanya ketenangan dan keamanan sehingga para kafilah dapat dengan leluasa berjalan untuk berdagang ke mana saja, di antaranya ke wilayah Yaman atau ke wilayah Syiria (QS.Al-Quraisy{106}: 1-4 )

Contoh tipe ideal keadaan masyarakat yang seperti itu sudah dibuktikan dengan sektakuler dalam sejarah keemasan khilafah nubuwah Madinah serta dekade-dekade selanjutnya ketika para Khulafaur Rasyidin memerintah.
Untuk menciptakan kembali peradaban Rabbani yang mulai terkikis dengan adanya peradaban sekuler materialistik, maka yang harus dilakukan adalah menjadikan Al-qur’an sebagai acuan kehidupan dalam arti kata yang sebenarnya (QS.A-baqarah{2}: 2 & 208, QS.Al-Isra’{17}: 9).

B. Prasarat
Kemampuan awal yang dipersaratkan untuk mempelajari modul ini, kalian harus sudah memahami tentang Iman kepada Allah SWT dan Iman pada Malaikat.

C. Tujuan Akhir
1. Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat :
2. Menjelaskan pengertian iman kepada kitabullah.
3. Menyebut nama-nama rasul yang mendapatkan kitabullah dan nama kitabnya.
4. Menjelaskan kedudukan dan fungsi Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
5. Mengemukakan dalil naqli dan aqli tentang fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
6. Menunjukkan tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT
dalam prilaku sehari- hari.


D. Kompetensi
Kompetensi yang harus dikuasai dalam modul ini adalah:
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dan memahami fungsinya serta mampu menerapkan dalam prilaku sehari-hari.

II. Uraian Materi

a. Pengertian Iman Kepada Kitabullah
Kitabullah adalah kumpulan wahyu-wahyu Allah SWT yang mengandung petunjuk dan kebenaran. Ajaran-ajaran dalam kitabullah tersebut sesuai dengan zamannya. Oleh karena isi kitab-kitab tersebut hanya sesuai dengan zamannya masing-masing, maka isi kitabullah yang satu berbeda dengan yang lain.
Setiap mukmin wajib beriman kepada seluruh kitab-kitab Allah SWT (QS.Al-Baqarah{2}:285). Karena kitab-kitab Allah SWT satu sama lain ada kaitannya, contoh hubungan Al-qur’an dengan kitab-kitab Allah SWT lainnya ialah:
a) Menjadi saksi tentang kebenaran kitab-kitab Allah SWT sebelumnya (QS.Al-Maidah{5}: 48).
b) Menjawab dan menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat para penganut agama (QS.An-Nahl{16}:64).
c) Mengoreksi kitab Allah SWT yang sudah dirubah oleh manusia yang ingkar
Contoh:
1) Tentang ajaran trinitas (QS.Al-Maidah{5}: 73)
2) Tentang isa As (QS.Ali-Imran{3}: 49-59)
3) Tentang penyaliban Isa As (QS.An-Nisa{4}: 157-158)
4) Tentang Nabi Luth As (QS.Al-Ankabut{29}: 28-30, QS.Al-A’raf{7}: 80-84)
5) Tentang Nabi Harun As (QS.Thaha{20}: 94)
6) Tentang Nabi Sulaiman As (QS.Al-Baqarah{2}:102 & QS.An-Naml{27}: 14-44)
Adapun kitab-kitab yang diterangkan dalam Al-Qur’an adalah:
1) Kitab Zabur diturunkan kepada nabi Daud As, berisi do’a, dzikir, pengajaran dan hikmah.

2) Kitab Taurat diturunkan kepada nabi Musa As, berisi petunjuk dan cahaya kebenaran.
3) Kitab Injil As diturunkan kepada Nabi Isa As, berisi petunjuk dan penerangan.
4) Kitab Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, berisi ajaran-ajaran Allah untuk memberi petunjuk dan bimbingan yang benar kepada manusia sepanjang masa.
Disamping kitab-kitab Allah SWT tersebut, Allah SWT juga menurunkan Shahifah-shahifah yang diturunkan kepada nabi Idris As, Ibrahim As, dan Musa As yang berisi perumpamaan-perumpamaan, ibarat-ibarat, dan suri tauladan. Demikianlah kitab-kitab Allah SWT yang diterangkan di dalam Al-Qur’an.

b. Kedudukan Dan Fungsi Kitab-Kitab Allah

1) Sebagai Pedoman Manusia dalam Hubungan dengan Allah SWT
Adanya hubungan yang erat antara manusia dengan tuhan penciptanya telah ada sejak manusia dipermukaan bumi ini, karena adanya rasa ingin bertuhan dan beragama sudah menjadi naluri atau garizah bagi manusia itu, sebagaimana juga adanya garizah ingin maju, ingin keturunan, ingin berusaha dan sebagainya. Hubungan ini dapat dikatakan sebagai hubungan manusia dengan khaliqnya, atau hubungan antara yang diciptakan dengan penciptanya.

Bentuk hubungan ini dapat dilihat dari firman Allah SWT yang berbunyi:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku.” (QS.Adz-Dzariyat{51}: 56)
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan hanya untuk berbakti kepada Allah SWT.
Sekiranya tidak ada kitab Allah SWT, sebagai petunjuk dalam hubungannya manusia dengan Allah SWT sebagai sang pencipta, sangat dimungkinkan sekali untuk menyimpang, seperti menyembah kepada berhala, benda-benda keramat, memohon pertolongan kepada selain Allah SWT dan lain-lain yang semuanya ini dikategorikan syirik yakni dosa besar yang tidak bisa diampuni oleh Allah SWT (QS.Annisa{4}: 116).
Untuk memberi petunjuk kepada manusia mengenai cara mengabdi kepada Allah SWT, maka diutuslah nabi-nabi untuk menjelaskan masalah pengabdian. Dalam ajaran islam, hal-hal yang terkait dalam masalah tersebut tertuang dalam QS.Al-baqarah{2}: 37-38. Ayat-ayat tersebut menunjuukkan suatu pedoman dalam rangka beriman kepada Allah SWT dan rasulnya.
Manusia sebagai pengemban risalah, wajib beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dan memahaminya, karena kitab suci Al-qur’an adalah kitab suci yang memuat ajaran-ajaran yang tercantum dalam taurat, zabur, dan injil yang asli sekaligus yang menyempurnakan isi kitab-kitab yang terdahulu tersebut. Umat islam dalam usaha mempelajari kitab-kitab suci tersebut cukup melalui Al-Qur’an. Karena Al-Qur’anlah yang menjadi barometer kebenaran.

2) Sebagai Pedoman Hidup dalam Hubungan dengan Diri Sendiri
Menjadi suatu yang amat rumit untuk menguraikan tentang hubungan manusia dengan dirinya karena tidak ada garis pemisah. Kenyataan menunjukkan, manusia adalah dirinya sendiri dan dirinya pulalah dirinya itu (QS.Ath-Thariq{86}: 5-10). Oleh karena itu, sebagian orang hampir melupakan keberadaan dirinya bahkan banyak pula yang tidak menyadari asal kejadiannya, dari apa ia diciptakan sehingga Allah SWT mengingatkan dalam firmannya QS.Adz-Dzariyat{51}: 21.
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”.
Dengan memahami keberadaan dirinya sebagai makhluk Allah SWT, maka manusia sadar tentang fungsi dan tugasnya dalam kehidupannya di dunia ini. Agar terhindar dari kehidupan yang tidak baik, maka kita harus berpegang teguh pada ajaran yang termuat dalam kitab-kitab Allah SWT, dengan cara mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Perhatikan QS.An-Nisa{4}: 136.

3) Sebagai Pedoman Hidup dalam Hubungan Hidup dengan Sesama Manusia
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa setiap manusia di dunia ini membutuhkan orang lain sebagai mitra dalam kehidupannya, karena tidak seorang pun bisa hidup tanpa bantuan orang lain (QS.Az-Zukhruf{43}: 32). Itulah sebabnya manusia selalu membutuhkan manusia lain dalam kehidupan ini tanpa memandang agama, bangsa, derajat, serta tingkat sosialnya. Agar dalam pergaulan hidup bisa berjalan dengan baik dan harmonis, sehingga terciptalah rasa hormat-menghormati, saling menghargai, dan terjalin persatuan yang tangguh, maka perlu adanya pedoman dan petunjuk Allah SWT yang terdapat dalam kitabullah.

Disamping itu, karena isi kandungan kitab Allah SWT diperuntukkan bagi manusia-manusia dari segala aspek kehidupan, sebagaimana risalah Rasulullah Saw yang bersifat universal. Perhatikan firman Allah SWT QS.Saba{34}: 28.

4) Sebagai Pedoman Hidup manusia dalam Hubungan dengan Alam dan Lingkungannya.
Kitab-kitab Allah SWT selain mengajarkan bagaimana mengadakan hubungan dengan sesama manusia, juga mengajarkan bagaimana mengolah dan memanfaatkan lingkungan hidup dan alam untuk kesejahtaraan dan kemaslahatan kehidupan manusia itu sendiri. (QS.Luqman{31}: 20).
Dalam memanfaatkan kehidupan ini, manusia tidak dapat terlepas dari peraturan-peraturan Allah SWT yang berlaku di dalam Allah SWT semesta (sunnatullah), tetapi pemanfaatan tersebut mesti disesuaikan dengannya, agar dapat menjadi rahmat bagi kehidupan manusia sesuai dengan ke-universalan ajaran kitab Allah SWT.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS.Al-Anbiya’21}: 107.

Adapun fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Pedoman Dalam Kehidupan Pribadi
Beriman kepada kitab-kitab Allah mendapatkan beberapa manfaat antara lain:
a) Mendapat sumber asasi guna mengatur kehidupan manusia dalam meningkatkan kebudayaannya, cara berfikirnya dan tindak-tanduknya. Perhatikan QS.Al-Baqarah{2}: 1-5.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang sarat wawasan ilmiah dalam segala bidang, banyak yang telah diungkapkan melalui eksperimen dan analisa ilmiah seperti QS.Ar-Rahman{55}: 19-20.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.
Ayat tersebut baru dapat diungkapkan dan dibuktikan pada abad ke-19, padahal Al-Qur’an diturunkan pada abad ke-7 M, yaitu digalinya terusan Suez di Sinai Mesir oleh Ferdinand De Lezep yang diresmikan pada tahun 1869 M dan terusan Panama di Amerika tahun 1914 M.

b) Mendapatkan bimbingan atau petunjuk dalam kehidupannya. Barang siapa yang berpegang pada ajaran islam serta mendasarkan tingkah lakunya kepada ajaran Al’Qur’an dan sunnah nabi-nya, maka ia akan selamat, baik di dunia maupun di kahirat. Perhatikan QS.Luqman{31}: 22 dan Al-Baqarah{2}: 256.

2. Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Kitab Allah SWT menanamkan kepada manusia agar saling menghormati dan memandang bahwa manusia itu sama, mencakup seluruh manusia, bukan untuk satu kelompok, bangsa atau ras.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyebutkan kalimat manusia sebanyak 332 kali, ada yang dengan kalimat “an-nas”, “al-insan”, “bani Adam”, bahkan “yaa ayyuhan nas” sebanyak 28 kali.

Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak membeda-bedakan antara manusia, melainkan satu sama lain hendaklah memperhatikan kondisi dan posisi masing-masing. Lihat QS.Al-Hujurat{49}: 13.
Konsekuensi iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah patuh dan taat atas segala yang termuat di dalam kitab-kitabnya. Perhatikan QS.Al-Baqarah{2}: 285.

3. Pedoman Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dalam pengamalan hidup berbangsa dan bernegara adalah Allah SWT mengajarkan agar manusia dapat memajukan bangsa dan negaranya melalui bidang dan tugasnya sesuai dengan profesi dan posisi masing-masing. Sebagai pelajar misalnya, mampu mendisiplinkan diri dalam segala bidang. Sebagai pegawai bekerja dengan baik dan menghindari perilaku korupsi.
Hal ini sebagai dasar untuk kemajuan bangsa dan negara, sebab maju dan mundurnya suatu bangsa dan negara bergantung kepada sikap dan mental, pandangan hidup dan semangatnya. Perhatikan QS.Ar-Ra’d{13}: 11.

c. Dalil Naqli dan Aqli Iman Kepada Kitab Allah
Setiap orang yang ingin mencapai tujuan tertentu, akan berhasil dan sukses dalam mencapai tujuan tersebut, asalkan menempuh jalan, pintu-pintu dan cara-cara yang sesuai. Allah SWT berfirman yang artinya: … Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya ... (QS.Al-Baqarah{2}: 189). Semakin sulit dan besar jalan atau tujuan yang hendak dicapai semakin jelas pula kebenaran pernyataan di atas. Terlihat pula semakin perlu mengikuti aturan dan petunjuk untuk mencapi tujuan yang diinginkan. Sebagaiman diketahui dan diyakini kitab Allah SWT diturunkan Allah SWT adalah sebagai petunjuk dan bimbingan makhluk-makhluknya di setiap ruang dan waktu. Sebagaiman Al-Qur’an juga akan mengantarkan dan mengarahkan manusia ke jalan yang paling lurus (QS.Al-Isra{17}: 9).

Agar fungsi-fungsi kitab Allah SWT tersebut dapat terwujud, maka kita harus menemukan makna firman Allah SWT sebagaiman para sahabat Rasulullah Saw dahulu telah menemukan makna-maknanya sesuai makna dan tempat mereka.
Cara yang mereka tempuh: Pertama, adalah meyakini dan mengimani segi-segi aqidah yang ada di dalam kitab Allah SWT. Cara kedua, mematuhi perintah dan larangan serta mempraktekkannya dalam perilaku sehari-hari baik terhadap diri sendiri ataupun orang-orang di sekeliling mereka. Lebih dari itu, mereka selalu melakukan introspeksi dengan membuat pertanyaan-pertanyaan seperti apakah sudah melaksanakan kandungan kitab itu atau mengabaikan tuntutan-tuntutan dan hak-hak yang terdapat didalamnya (QS.Al-A’raf{7}: 146). Bagaiman jalan untuk menghasilkan hal-hal yang bermanfaat dan mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dialami? Dan bagaiman menhhindari hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya dan kemadharatan?
Mereka kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan menggunakan petunjuk Al-Kitab serta berperilaku sebagaimana akhlak dan adab yang ditunjukkan Al-Kitab. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa Al-Kitab adalah firman-firman Allah SWT dan firman-firman itu ditujukan kepada mereka. Mereka diminta untuk memahami makna-makna Al-Kitab dan bersikap serta berbuat sesuai yang terkandung di dalamnya.
Barang siapa yang mengikuti pola di atas, bersungguh-sungguh merenungkan ayat-ayat Allah SWT, niscaya akan terbuka pintu hati baginya, daya nalar menjadi kokoh, pandangannya menjadi penuh cahaya dan perilakunya mencerminkan ajaran-ajaran Allah SWT.

d. Tanda-Tanda Penghayatan Terhadap Fungsi Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Dalam Perilaku Sehari-Hari

Seseorang yang sudah menghayati fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT akan melahirkan sikap tanggung jawab yang terlihat dalam sikap perilakunya, di antaranya tanggung jawab terhadap:

1) Agama. Seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap agama, maka akan meyakini bahwasanya agama yang benar adalah islam (QS.Ali-Imran{3}: 19 & 85), kemudian dipelajari dengan baik (QS.At-Taubah{9}: 122), diamalkan dalam kehidupannya (QS.Ash-Shaf{61}: 2-3) dan mendakwahkannya terhadap sesama (QS.An-Nahl{16}: 125), serta menjaga martabat dan kemuliaan islam (QS.Al-Hijr{15}: 9).

2) Diri-sendiri. Seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap dirinya, maka akan memperhatikan kesehatan jasmani dengan cara mencari nafkah yang halal dan memanfaatkannya sesuai syariat, menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan perbuatan yang dapat merusak fisik, seperti mengkonsumsi narkoba, minuman beralkohol (QS.Al-Baqarah{2}: 195), dan juga akan memperhatikan kesehatan rohani dengan cara: selalu beramal s haleh, menjauhkan diri dari sifat-sifat tidak terpuji, dan mengembangkan diri dengan berbagai ilmu pengetahuan.

3) Keluarga. Seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, maka akan mengerti akan kewajibannya baik sebagai seorang ayah, istri, ibu, atau seorang anak, sehingga terhindar dari panasnya api neraka (QS.At-Tahrim{66}: 6).

4) Masyarakat. Seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat akan timbul sikap peduli untuk saling mengajak dalam berbuat baik dan mencegah perbuatan yang munkar (QS.Al-An’am{6}:135)

5) Profesi. Seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap profesinya, maka akan timbul sikap ikhlas dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya. (QS.Al-Mukmin{40}: 40 dan QS.Al-An’am{6}: 135).

6) Bangsa dan Negara. Seseorang yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya, maka akan timbul semangat untuk memajukan bangsa yang merupakan wujud pengabdian kepada Allah SWT, sehingga menjadi bangsa yang maju. Bangsa yang maju adalah bangsa yang dapat mandiri dan terbebas dari tekanan pihak mana pun dan akan menjadi bangsa yang memiliki martabat di tengah-tengah pergaulan antar bangsa )QS.Al-A’raf{7}: 96).

e. Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
1) Berbuat sesuai dengan tuntutan Allah SWT
2) Membuka cakrawala IPTEK
3) Tidak terjerumus kepada perbuatan maksiat
4) Menjadikan kitab Allah sebagai rujukan dalam perundang-undangan
5) Selamat dan bahagia dunia akhirat